Rabu, 07 November 2012

KONSEP DASAR PEDAGOGIK

Diposting oleh littlecloud di 04.36 1 komentar

Pengertian Pedagogik
Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak. Dalam bagian ini akan dibahas pengertian pedagogik, pendidikan dalam arti khusus dan dalam arti luas. Pendidikan mengandung tiga aspek yaitu mendidik, mengajar dan melatih.
Uraian:
Pendidikan dalam arti khusus:
Pedagogik berasal dari bahasa yunani “paedos” yang berarti anak laki-laki, dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada zaman yunani kuno, yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya kesekolah. Kemudian secara kiasan pedagogik ialah seorang ahli yang membimbing anak kearah tujuan hidup tertentu, yaitu supaya anak kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”. Jadi pedagogik adalah Ilmu Pendidik Anak.
     Dalam bahasa Inggris istilah pendidikan dipergunakan perkataan “education”, biasanya istilah tersebut dihubungkan dengan pendidikan disekolah, dengan alas an, bahwa di sekolah tempatnya anak didik dididik oleh para ahli yang khusus mengalami pendidikan dan latihan sebagi profesi.
     Dalam bahasa Belanda kita temukan untuk pendidikan kata “opvoeden” (op = ke atas, voeden = memberi makan) disini memberi makan diambil kiasannya, yaitu memeberi makan makanan rohani untuk meningkatkan kecekapan dan rajat seorang anak..
     Jadi, pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga.
     Menurut Drijarkara, pendidikan secara prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan figur sentral dalam pendidikan. Ayah dan Ibu bertanggung jawab untuk membantu memanusiakan, membudayakan, dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Bimbingan dan bantuan ayah dan ibu tersebut akan berakhir apabila sang anak menjadi dewasa, menjadi manusia sempurna atau manusia purbawan (dewasa).
     Jadi, proses pendidikan menurut pedagogik berlangsung sejak lahir sampai anak mencapai dewasa (pengertian dewasa akan dijelaskan pada bagian pembahasan tujuan pendidikan). Pendidikan dalam hal ini bisa orangtua atau guru yang fungsinya sebagai pengganti orang tua, membimbing anak yang belum dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup mandiri, agar anak dapat menjadi dirinya sendiri.
Pendidikan dalam arti luar
Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan pengertian pendidikan bahwa, “Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”.
Dalam Undang-undang RI nomor 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional, disebutkan bawa pendidikan adalah sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajar, dan latihan bagi peranan dimasa yang akan dating. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mempunyai tujuan nasional. Dalam Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dekatkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatanspiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam pengertian-pengertian pendidikan diatas (dalam arti luas) ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan:
Pertama, bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Kedua, bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia: tanggung jawab orang tua, tanggung jawab masyarakat, dan tanggung jawab pemerintah. Ketiga, bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang.
Bagi orang dewasa ilmu pendidikan yang mengkajinya disebut “andradogi”, yang berasal dari bahasa Yunani “andr” dan “agogos”. Dalam bahasa Yunani “andr” berarti orang dewasa dan “agogos” berarti memimpin atau membimbing.
Andragogi adalah suatu model proses pembelajaran peserta didik (warga belajar) dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam kegiatan belajar. Proses pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode da teknik pembelajaran melibatkan warga belajar. Keterlibatan diri warga belajar adalah kunci keberhasilan pendidikan orang dewasa. Untuk itu sumber belajar hendaknya mampu membantu warga belajar untuk:
·        Mengidentifikasikan kebutuhan
·        Merumuskan tujuan belajar
·        Ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman belajar, dan
·        Ikut serta dalam mengevaluasi kegiatan belajar
Mendidik, mengajar, dan melatih
Pendidikan pada hakekatnya mengandung tiga unsur, yaitu mendidik, mengajar, dan melatih. Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Secara sepintas bagi orang awam  mungkin akan dianggap arti yang sama. Dalam praktek sehari-hari dilapangan, kita sering mendengar kata-kata seperti: pendidikan olahraga, pengajaran olahraga, latihan olahraga, pendidikan kemiliteran, pengajaran kemiliteran, latihan kemiliteran, dsb.
Mengajar berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berfikirnya. Disebut juga pendidikan intelektual. Intelek anak adalah kemampuan anak berpikir dalam berbagai bidang kehidupan. Jelas bahwa pengajaran atau pendidikan intelektual merupakan bagian dari seluruh proses pendidikan, atau pengajaran mempunyai arti sempit dari pendidikan.
Tujuan dari tiga kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian yang terpadu, yang terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa. Para ahli ilmu mendidik telah bersepakat, bahwa tujuan mendidik ialah untuk mencapai kedewasaan. Tetapi apa arti kedewasaan itu, dan lebih umum lagi, apa tujuannya pendidikan itu dalam arti yang sebenarnya, memerlukan yang khusus (dibahas dalam tujuan pendidikan), karena masalah tidak semudah seperti kita duga.
Tujuan pengajaran yang menggarap kehidupan intelek anak ialah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berfikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu diantaranya mampu berfikir abstrak logis, obyaektif, kritis, sistematis analitis, sintesis, integrative, dan inovatif. Apa arti hal-hal itu sebenarnya, akan dapat kita temukan dalam bab mengenai pendidikan sekolah.
Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan adalah suatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar, seperti kemampuan berfikir akan membantu proses pendidikan, yang menyangkut pembangunana seluruh kepribadian seseorang.
Pendidikan dalam ilmu mendidik, hanya kita batasi pada pengaruh yang dengan sengaja diusahakan oleh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa, sedangkan pengaruh itu harus bersifat positif dan konstruktif. Sebagai kesimpulan dapat dipertegas apa arti mendidik itu. Mendidik ialah membimbing anak yang belum dewasa supaya anak mencapai kedewasaannya. Bimbingan itu dilaksanakan oleh orang yang lebih dewasa.
Pentingnya Pendidikan
Pengantar
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri. Manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya. Karena itu pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia.
Manusia memerlukan bantuan
Jika kita bandingkan anak manusia dengan anak hewan, misalnya anak ayam, kita perhatikan hal-hal sebagai berikut. Anak manusia yang baru lahir sebagai bayi, sangat memerlukan bantuan dari ibunya. Jika ia lapar, ia menangis, datanglah ibu untuk menolongnya, dengan memberinya air susu ibu dengan cara menetek. Bayi dapat pula menangis bila popoknya telah diganti dengan yang kering, anak akan diam dan tidur. Dapat dikatakan bahwa prilaku sang ibu tersebut dikatakaan sebagi insting yang memang sudah ada didalam diri sang ibu.
Apakah itu insting? Insting ialah suatu kemampuan psiko-fisis (jasmani rohani) yang diturunkan atau yang merupakan pembawaan. Kemampuan itu menentukan pemiliknya untuk mengamati dan memperhatikan obyek-obyek dari jenis tertentu, untuk menghayati suatu keterangan emosional yang mempunyai kwalitas khusus waktu mengamati objek yang demikian, dan berprilaku terhadap obyak itu dengan cara yang khusus, atau paling sedikit, menghayati suatu dorongan untuk berprilaku yang demikian.
Manusia tidak dapat seluruh hidupnya bergantung kepada instingnya semata, banyak segi-segi kehidupannya yang perlu diperjuangkan dan dikuasai dengan belajar dan usaha; mengobati penyakit, membuat jembatan, membuat mesin-mesin dan pabrik yang memproduksi keperluan manusia sehari-hari, alat-alat transportasi, telekomunikasi, mengatur masyarakat, memerintah, menjalankan peradilan, memperbaiki hubungan antara manuasia, beribadat, berbuat kebaikan ,dsb. Untuk mencapai semua itu memerlukan usaha dan menyiapakan generasi muda memiliki dan mengembangkan ilmunya serta kecakapannya dengan usaha pendidikan. Seluruh kemampuan dan benda-benda yang dihasilkan dengan keterampilan tangan manusia dapat disebut kebudayaan. Dari segi tinjauan ini kebudayaan dapat diartikan sebagi suatu yang oleh generasi muda harus dipelajari.
Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik sebagai individu, maupun sebagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Sejak lahir anak sebagai individu diasuh dan dididik oleh orang tuanya. Ia belajar dari ibunya bagaimana mengembangkan kemampuannya; keterampilan makan yang tertib, dapat buang air kecil dan besar secara teratur tidak sembrangan tempat dan pada sembarang waktu, mengurus dirinya dengan mandi pada waktu-waktu tertentu, berganti pakaian bersih, mengatur alat-alat permainannya tidak berserakan dimana-mana, belajar membantu orang tua dalam mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga, belajar bagaimana bergaul dengan baik dengan saudara-saudaranya.
Dari uraian diatas jelas, bahwa masyarakat sebagai kolektifitas mengalami pendidikan. Jika kelompok-kelompok itu tidak dididik, masyarakat akan mengalami perkembangan yang terhamba, tidak dapat maju, dan akan tinggal sebagai masyarakat yang feudal tradisional, kurang menunjukan produktivitas dalam kehidupan, yang akhirnya menujukan pendapatan perkapita uang tidak tinggi, yaitu masih di bawah batas pendapatan yang layak atau masih kurang dalam klasifikasi kehidupan masyarakat miskin.
Pendidikan dalam praktek
Pendidikan dalam pelaksanaannya berbentuk pergaulan antara pendidik dan peserta didik, namun tentu suatu pergaulan yang tertuju kepada tujuan pendidikan, yaitu manusia mandiri, memahami nilai, norma-norma asusila dan sekaligus mampu berprilaku sesuai dengan nilai-nilai norma-norma tersebut. Diatas telah dikatakan, bahwa pendidik adalah orang dewasa sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Anak didik adalah anak manusia yang belum mencapai kedewasaannya. Pendidikan fungsinya membimbing anak didik, dan bimbingan itu akan mempengaruhhi anak didik kearah yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan, yaitu untuk mencapai kedewasaan. Mengapa anak itu dapat dipengaruhi? Karena anak itu juga manusia seperti pendidik, dapat mempengaruhi dan dapat dipengaruhi. Proses mempengaruhi adalah proses  psiko-sosial yang berlangsung antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena manusia adalah mahluk social.
Jelas bahwa menurut Jan Ligthart pendidikan itu didasari oleh kasih saying yang merupakan sumber bagi dua syarat yang lain, yaitu kesabaran dan kebijaksanaan. Sikap kesabaran sangat diperlukan untuk menghadapi anak, karena sikap tidak sabar atau lekas marah tidak akan mengairahkan kejiwaan anak. Lagi pula hasil pendidikan kita tidak dapat dengan segera kita saksikan dalam satu dua tahun. Hasil pendidikan, baru dapat kita nilai bila anak telah mencapai kedewasaan. Tidak seperti kita mananam jagung, yang hasilnya dapat dipetik setelah tiga sampai empat bulan.
Dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat upaya apa yang disebut “upaya pendidikan”, yaitu usaha-usaha tertentu terhadap generasi muda. Dengan demikian terjadilah di dalam masyarakat suatu perubahan kebudayaan (cultural change). Dengan pendidikan atau dengan proses perkembangan masyarakat, kita akan menemukan suatu perubahan dalam cara dam kwalitas kehidupan. Tidak ada manusia yang bersifat statis, yang tidak mengalami perubahan. Pada masyarakat yang satu yang mengalami perubahan yang cepat, sedangkan pada masyarakat lain lambat mengalami kemajuan. Yang terakhir ini biasanya terjadi dalam masyarakat yang sifatnya agraris (tradisional) yang hidupnya sebagian besar dari usaha pertanian dengan cara-cara tradisional.
Ilmu Pendidikan Sebagai Teori
Seorang ibu guru mengajar pelajaran biologi di sekolah dasar dengan metode ceramah dan demonstrasi. Ibu guru tersebut tidak sekedar mengajar dalam kelas, dalam arti setelah belajar dengan langkah cepat bergegas ia meninggalkan kelas, namun ia dengan tekun suka memperhatikan anak didiknya selama diluar kelas. Ia selalu berusaha membantu anak didiknya dalam memecahkan masalah.
Hal diatas merupakan suatu rakter pendidikan yang disaat kita amati dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaannya, apakah yang dilakukan sang ibu, dan ayah, serta ibu guru tersebut dapat dilakukan secara ilmiah, dalam arti tanpa disadari tanpa dilandasi konsep bagaimana sebaiknya mendidik anak dirumah atau mendidik dan mengajar murid disekolah. Upaya pendidikan bukan suatu tindakan yang dapat dilakukan dengan serampangan, namun harus direncanakan. Dalam keluarga perencanaan mendidik anak sebetulnya sudah dilakukan sebelum pernikahan, karena sebagai konsekuensi pranikah akan menghasilkan keturunan (anak).
Pentingnya Teori Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia, memiliki lapangan yang sangat luas. Ruang lingkup lapangan pendidikan mencakup semua pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan.
Antara teori dan praktek pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan memiliki hubungan komplementer (saling melengkapi), saling mengisi satu sama lain. Dalam prakteknya, memang ada orang tidak mengetahui atau mempelajari suatu teori pendidikan. Namun, ia berhasil membimbing anak-anaknya. Sebaliknya juga terjadi, seorang ahli teori pendidikan (ahli pedagogik, ahli filsafat pendidikan, ahli psikologi pendidikan,dsb) belum dapat dijamin bahwa ia akan menjadi pendidik yang baik, belum dapat dijamin ia akan berhasil mendidik anaknya sendiri.
Teori pendidikan (dalam hal ini pedagogik), perlu dipelajari secara akademik (secara ilmiah di Perguruan Tinggi), khususnya di Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan (LPTK) yang mempersiapkan lulusan untuk menjadi pendidik baik disekolah maupun diluar sekolah. Sebab kalau tidak dibekali teori pendidikan, jangan sampai terjerumus seperti yang dikemukakan oleh Gurnning tadi, di mana perbuatan pendidik (guru) tersebut seperti perbuatan orang yang tidak waras suatu perbuatan yang tidak direncanakan, tidak tentu arah dan tujuannya.
Ilmu pendidikan harus dipelajari, karena yang akan dihadapi adalah manusia, menyangkut nasib kehidupan dan hidup manusia, akan menyangkut harkat martabat derajat manusia serta hak asasinya. Perbuatan mendidik bukan perbuatan yang sembrono, melainkan suatu perbuatan yang harus betul-betul disadarinya, dalam rangka membimbing anak kepada suatu tujuan yang dituju.
Ilmu pendidikan sebagi teori perlu kita pelajari karena praktek mendidik tanpa disadari oleh teori tentang pendidikan, akan membawa kita kepada kemungkinan berbuat kesalahan. Ilmu pendidikan termasuk salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sifatnya praktis. Mengapa demikian? Karena ilmu pendidikan mempelajari dasar-dasar, prinsip-prinsip serta tujuan tentang kegiatan mendidik. Kata “praktis” dalam hubungan ini, tidak diartikan sebagai lawan teoritis, seperti dalam ucapan “cara kerja anda kurang praktis”, melainkan ilmu sebagai teori atau konsep tentang perbutan mendidik pada manusia. Kata “praktis” berasal dari kata Yunani “prattein” yang berarti “berbuat”.setiap ilmu pada dasarnya adalah teori yang tidak ditujukan kepadda perbuatan manusia seperti biologi, kimia, fisika, matematika, dsb. Perbuatan mendidik bukanlah perbuatan sembarangan, karena menyangkut kehidupan dan nasib anak manusia untuk kehidupan selanjutnya, yaitu manusia sebagai makhluk yang bermartabat dengan hak-hak azasinya. Itulah, sebabnya melaksanakan pendidikan merupakan tugas moril yang tidak ringan. Ini berarti, bahwa membuat kesalahan dalam mendidik anak, walaupun tidak sengaja, dan walaupun kecil, tidak dapat kita anggap enteng. Itikad baik pendidik dalam menunaikan tugasnya selalu berusaha untuk mengurangi kesalahan-kesalahan atau membatasi kesalahan-kesalahan seminimal mungkin.
Orangtua sering membuat kesalahan dalam melaksanakan pendidikan di lingkungan keluarga. Mereka lebih banyak memberi nasihat yang dogmatis-otoriter secara sepihak, dan tidak memberi kesempatan kepada anak untuk secara terbuka mengemukakan pendapatnya, tidak pernah terjadi diskusi antara orangtua dengan anaknya dalam satu kelaurga. Dalam hal ini ayah dan ibu membuat kesalahan dalam teknik mendidik.
Bentuk kesalahan yang kedua, adalah yang bersumber pada kebribadian pendidik sendiri. Kesalahan ini tidak mudah dibetulkan, karena mengoreksi struktur kepribadian seseorang tidaklah mudah, dan untuk memperbaiki kepribadiannya dan prilakunya pertama-tama memerlukan kesediaan dan kerelaan yang bersangkutanserta memakan waktu yang lama. Seorang ayah dan ibu sebagai pendidik, sebaiknya tidak diperkenankan mempunyai sifat yang agresif, mengalami frustasi penuh kecemasan, egoistis (selalu mementingkan diri sendiri), ataupun bersikap deprosif (murung). Sifat-sifat tersebut sangat erat hubungannya dengan masa lampau mereka waktu kecilnya, yaitu waktu mereka sendiri masih jadi anak menghadapi sikap dan suasana kehidupan keluarga orangtuanya.
Dalam kesalahan mendidik menurut jenis ketiga ialah kesalahan konseptual, yaitu dalam menjalankan proses pendidikan, pendidik kurang menyadari, bahwa kesalahan dapat mempunyai akibat yang mendalam pada anak didik.
Pendidikan dalam Ruang Lingkup Mikro dan Makro
Pendidikan dalam ruang lingkup mikro artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala kecil, dan pendidikan dalam ruang lingkup makro, kita mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala besar. Seperti telah dikemukakan di muka bahwa lapangan pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas menyangkut pengalaman dan pemikiran manusia dalam pendidikan. Pernyataan tersebut melihat pendidikan merupakan kegiatan manusia yang sangat luas, jadi ini dilihat dari lingkup makro. Pendidikan yang dilakukan secara nasional dengan segala perangkat aturanya sepeti Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan mencakup pendidikan sekolah dan luar sekolah, berlangsung seumur hidup, hal tersebut melakukan tinjauan pendidikan secara makro (besar).
Pengelompokan pengkajian pendidikan secara mikro dan makro tersebut dapat dilihat dari dua segi, yaitu: 1.) Manusia sebagai individu, dan sebagai anggota masyarakat, dan 2.) Tanggung jawab pendidikan.

Minggu, 04 November 2012

Outbound Dokumentasi BUKU BINDER - Kelompok Ikhwan

Diposting oleh littlecloud di 15.47 0 komentar
Kelompok 2 Ikhwan

Kelompok 1 Ikhwan
























Selasa, 16 Oktober 2012

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas V / 5 (lima) Bahasa indonesia

Diposting oleh littlecloud di 09.50 0 komentar

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Sekolah         :
Mata Pelajaran         : Bahasa Indonesia
Pokok Bahasan       : Cerita Rakyat
Kelas/Semester       : V/I
Waktu                        : 2 x 15 menit
Pertemuan ke          : 2
Bahasa Indonesia
I.              Standar Kompetensi
Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan
II.            Kompetensi Dasar
Mengidentifikasikan unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya
III.           Indikator
·         Membaca cerita rakyat bergantian
·         Menyebutkan nama-nama tokoh
·         Menyebutkan watak para tokoh
·         Menceritakan kembali secara singkat
·         Menjelaskan amanat yang dapat diambil dan diamalkan
IV.          Tujuan Pembelajaran
·         Setelah peserta didik membaca dan mendengarkan cerita rakyat yang dibacakan secara bergantian di dalam kelas, peserta didik mampu menyebutkan nama-nama tokoh secera lengkap
·         Setelah peserta didik membaca dan mendengarkan cerita rakyat yang dibacakan secara bergantian di dalam kelas, peserta didik mampu menyebutkan watak masing-masing tokoh secara tepat
·         Setelah peserta didik membaca dan mendengarkan cerita rakyat yang dibacakan secara bergantian di dalam kelas, peserta didik mampu menceritakan kembali cerita rakyat yang dibaca dan didengarnya secara singkat dan menyeluruh
·         Setelah peserta didik membaca dan mendengarkan cerita rakyat yang dibacakan secara bergantian di dalam kelas, peserta didik mampu menjelaskan amanat yang dapat diambil dan harus diamalkan dengan baik
Ø  Karakter peserta didik yang diharapkan: disiplin, tekun, cerdas, kreatif, rajin, jujur, tegas, berani, tulus, setia, simpatik, dan patriotik.
V.           Pendekatan Pembelajaran     : Cooperatif
Pendekatan Metode                 :  -   Demonstrasi
-     Tanya jawab

VI.          Langkah Kegiatan
·         Kegiatan Awal
Ø  Pengkondisian kelas, berupa berdo’a bersama, absen, sapa salam, menjelaskan tujuan pembelajaran, bertanya materi yang lalu, dan mengkondisikan situasi belajar.
Ø  Apersepsi
·         Kegiatan Inti
Ø  Eksplorasi
§  Melakukan tanya jawab seputar cerita rakyat yang pernah dibaca peserta didik atau yang pernah didengar
§  Memberikan gambaran pengetahuan mengenai cerita rakyat yang ada di Indonesia dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membagi pengetahuannya

Ø  Elaborasi
§  Peserta didik membaca teks cerita rakyat secara bergantian dan berantai
§  Peserta didik menyebutkan nama dan watak tokoh
§  Peserta didik diminta untuk berpartisipasi aktif dalam menceritakan ulang cerita rakyat yang telah dibacakan
Ø  Konfirmasi
§  Peserta didik menyimpulkan amanat dari cerita rakyat yang dapat diambil dan diamalkan
§  Dan membuat kesimpulan watak baik yang pelru dicontoh dan watak buruk yang harus dihindari

·         Kegiatan Akhir
Ø  Guru memberikan pekerjaan rumah berupa tugas membaca cerita rakyat dari daerah lain dan menyalinnya di buku tulis
Ø  Guru mengkondisikan pembubaran kelas, berupa perintah bersikap tertib dan rapi, berdo’a, dan mengantar pembubaran kelas dengan tertib

VII.         Alat dan bahan
·         Buku Bina Bahasa dan sastra Indonesia kelas 5A penerbit umum, standar isi 2006
·         Teks cerita rakyat berupa buku kumpulan cerita rakyat
·         Teks cerita rakyat berupa potongan paragraf
VIII.       Penilaian
·         Bentuk instrumen
Ø  Lisan berupa tanya jawab
Ø  Tulisan berupa pekerjaan rumah

Purwakarta,  April 2012
Mengetahui,
Dosen pembimbing                                                                          Guru Kelas




Dra. Hj. Tati Sumiati, S.Pd, M.Pd                                                   Aria Putri



Contoh Kata Pengantar Makalah Landasan Pendidikan

Diposting oleh littlecloud di 09.47 0 komentar

KATA PENGANTAR
            Segala puji hanya milik Allah Ta’ala, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw., kepada keluarga, sahabat, dan kepada seluruh umatnya hingga akhir zaman.
            Anak-anak selalu menjadi bagian entitas kehidupan yang menarik. Mereka jenaka dan menggemaskan dengan caranya sendiri. Melalui perilaku yang mengejutkan, ataupun membanggakan, subjek diskusi mengenai mereka seakan tak ada habisnya. Tidak jarang ketika keberhasilan mereka menjadi kebanggaan tersendiri umumnya bagi orang dewasa, dan khususnya bagi orang tua serta guru. Namun, ketika anak mengalami kegagalan dalam perkembangannya, katakanlah ia gagal dalam pemahamannya dalam perhitungan, orang tua mengarahkan telunjuk mereka kepada pendidikan, yaitu pengajaran guru. Saling menyalahkan tanpa merasa perlu meninjau lebih lanjut lagi dimana letak kesalahan masing-masing yang dapat menyebabkan kegagalan pemahaman anak.
            Makalah ini memaparkan berbagai hal yang berkaitan dengan penyebab siswa gagal. Berbagai kasus dan metode demonstrasi dengan alat peraga yang digunakan demi menyelamatkan pemahaman anak. Karena pada dasarnya siswa/anak sama sekali tidak pernah mengalami kegagalan, namun guru/pendidik/an itulah yang salah menyampaikan sehingga terbentuklah pemahaman yang menjadikan seolah-olah siswa tersebut gagal.
            Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna kelengkapan makalah ini. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat dan senantiasa mendapatkan ridha dari-Nya. Amin

Purwakarta, Mei 2012
Penulis

Sejarah dan Pengertian Bimbingan Karir

Diposting oleh littlecloud di 09.42 0 komentar

Sejarah dan Pengertian Bimbingan Karir

Pandangan ke depan maupun ke belakang berorientasi kepada penempatan bimbingan karir dalam konteks kehidupan pribadi yang lebih luas, yang akan memperjelas pentingnya bimbingan karir sebagai suatu modus operandi (cara kerja) dalam membantu individu untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan karir yang akan dimasikinya di dalam kehidupan.
Frank Parson
Pada tahun 1909, Frank Parson menerbitkan bukunya yang berjudul Choosing a Vocational, dan dia mengidentifikasikan tiga variabel dasar dalam proses pengambilan keputusan karir, yaitu (1) individu, (2) pekerjaan, dan (3) hubungan diantaranya keduanya.
Diantara beberapa tokoh yang menorehkan sejarah bimbingan karir, Frank Parson selama ini diyakini sebagai tokoh terbesar dalam merintis bimbingan karir. Namun demikian dalam penelitian terakhir, ditemukan bahwa 1000 tahun sebelum Parson, di daerah Basra telah ada tokoh-tokoh Islam Klasik yang merintis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan tiga variabel dalam pengambilan keputusan karir.
Tahun 1969 Crites mengadakan kaji ulang dan kritik terhadap teori dan penelitian pemilihan dan penyesuaian karir dengan menyajikan taksonomi obyektif tentang klasifikasi masalah dalam pengambilan keputusan karir. Taksonomi ini disajikan dalam tulisannya yang berjudul “Vocational Phschology”, yang dalam bimbingan karir dipandang sebagai bimbingan karir yang komprehensif.
Ada beberapa kecenderungan yang dirasakan sampai saat ini dalam membantu individu memilih dan melakukan penyesuaian karir. Pendekatan, yang paling dominan ialah Parsonian yang memusatkan diri pada individu, pekerjaan dan hubungan diantara keduanya. Model ini disebut model “Trait dan faktor” yang menekankan kepada penggunaan tes dan informasi jabatan. Pandangan lain menganggap bahwa masalah pemilihan dan penyesuaian karir adalah masalah kepribadian, baik itu disebut konsep diri maupun kebutuhan. Prinsip ini banyak dianut oleh pendekatan bimbingan yang terpusat pada klien (client centered) dan psikodinamik. Kecenderungan lain memandang bahwa pemilihan karir adalah suatu proses perkembangan terbuka sepanjang hidup individu dan hal ini merupakan kebalikan dari pendekatan perilaku (behaviouristik) yang menekankan pada intervensi dalam proses pilihan dan tidak memperhatikan karir mana yang dipilih individu (isi).
Istilah karir mungkin sering dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan. Untuk itu ada baiknya dikenali beberapa istilah khusus yang berkaitan dengan bimbingan karir, yaitu :
a. Karir : keseluruhan pekerjaan yang dialami seseorang dalam keseluruhan hidupnya. Secara lebih terbatas karir diartikan sebagai pengalaman kerja di dalam suatu bidang pekerjaan tertentu.
b. Jabatan (occupation, Vocational); suatu pekerjaan khusus atau kegiatan kerja tertentu.
c. Perkembangan karir : keseluruhan perkembangan individu yang menekankan kepada proses persiapan, memasuki dan kemajuan dalam dunia pekerjaan.
d. Pendidikan karir : kegiatan yang direncanakan untuk memberikan pengalaman pendidikan kepada individu yang akan memberikan kemudahan perkembangan karir.
Istilah bimbingan karir tidak hanya merujuk kepada program orientasi pekerjaan tetapi juga menyangkut :
a. Keterlibatan antara konselor dengan klien.
b. Keterlibatan partisipasi aktif klien dalam mengambil keputusan karir dan bersifat pasif-resepsif terhadap informasi.
c. Proses penyesuaian pribadi bahkan lebih jauh merupakan proses psikoterapi.
 

Me, and In Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review