Rabu, 07 November 2012

KONSEP DASAR PEDAGOGIK

Diposting oleh littlecloud di 04.36 1 komentar

Pengertian Pedagogik
Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak. Dalam bagian ini akan dibahas pengertian pedagogik, pendidikan dalam arti khusus dan dalam arti luas. Pendidikan mengandung tiga aspek yaitu mendidik, mengajar dan melatih.
Uraian:
Pendidikan dalam arti khusus:
Pedagogik berasal dari bahasa yunani “paedos” yang berarti anak laki-laki, dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada zaman yunani kuno, yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya kesekolah. Kemudian secara kiasan pedagogik ialah seorang ahli yang membimbing anak kearah tujuan hidup tertentu, yaitu supaya anak kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”. Jadi pedagogik adalah Ilmu Pendidik Anak.
     Dalam bahasa Inggris istilah pendidikan dipergunakan perkataan “education”, biasanya istilah tersebut dihubungkan dengan pendidikan disekolah, dengan alas an, bahwa di sekolah tempatnya anak didik dididik oleh para ahli yang khusus mengalami pendidikan dan latihan sebagi profesi.
     Dalam bahasa Belanda kita temukan untuk pendidikan kata “opvoeden” (op = ke atas, voeden = memberi makan) disini memberi makan diambil kiasannya, yaitu memeberi makan makanan rohani untuk meningkatkan kecekapan dan rajat seorang anak..
     Jadi, pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga.
     Menurut Drijarkara, pendidikan secara prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan figur sentral dalam pendidikan. Ayah dan Ibu bertanggung jawab untuk membantu memanusiakan, membudayakan, dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Bimbingan dan bantuan ayah dan ibu tersebut akan berakhir apabila sang anak menjadi dewasa, menjadi manusia sempurna atau manusia purbawan (dewasa).
     Jadi, proses pendidikan menurut pedagogik berlangsung sejak lahir sampai anak mencapai dewasa (pengertian dewasa akan dijelaskan pada bagian pembahasan tujuan pendidikan). Pendidikan dalam hal ini bisa orangtua atau guru yang fungsinya sebagai pengganti orang tua, membimbing anak yang belum dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup mandiri, agar anak dapat menjadi dirinya sendiri.
Pendidikan dalam arti luar
Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan pengertian pendidikan bahwa, “Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”.
Dalam Undang-undang RI nomor 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional, disebutkan bawa pendidikan adalah sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajar, dan latihan bagi peranan dimasa yang akan dating. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mempunyai tujuan nasional. Dalam Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dekatkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatanspiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam pengertian-pengertian pendidikan diatas (dalam arti luas) ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan:
Pertama, bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Kedua, bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia: tanggung jawab orang tua, tanggung jawab masyarakat, dan tanggung jawab pemerintah. Ketiga, bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang.
Bagi orang dewasa ilmu pendidikan yang mengkajinya disebut “andradogi”, yang berasal dari bahasa Yunani “andr” dan “agogos”. Dalam bahasa Yunani “andr” berarti orang dewasa dan “agogos” berarti memimpin atau membimbing.
Andragogi adalah suatu model proses pembelajaran peserta didik (warga belajar) dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam kegiatan belajar. Proses pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode da teknik pembelajaran melibatkan warga belajar. Keterlibatan diri warga belajar adalah kunci keberhasilan pendidikan orang dewasa. Untuk itu sumber belajar hendaknya mampu membantu warga belajar untuk:
·        Mengidentifikasikan kebutuhan
·        Merumuskan tujuan belajar
·        Ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman belajar, dan
·        Ikut serta dalam mengevaluasi kegiatan belajar
Mendidik, mengajar, dan melatih
Pendidikan pada hakekatnya mengandung tiga unsur, yaitu mendidik, mengajar, dan melatih. Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Secara sepintas bagi orang awam  mungkin akan dianggap arti yang sama. Dalam praktek sehari-hari dilapangan, kita sering mendengar kata-kata seperti: pendidikan olahraga, pengajaran olahraga, latihan olahraga, pendidikan kemiliteran, pengajaran kemiliteran, latihan kemiliteran, dsb.
Mengajar berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berfikirnya. Disebut juga pendidikan intelektual. Intelek anak adalah kemampuan anak berpikir dalam berbagai bidang kehidupan. Jelas bahwa pengajaran atau pendidikan intelektual merupakan bagian dari seluruh proses pendidikan, atau pengajaran mempunyai arti sempit dari pendidikan.
Tujuan dari tiga kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian yang terpadu, yang terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa. Para ahli ilmu mendidik telah bersepakat, bahwa tujuan mendidik ialah untuk mencapai kedewasaan. Tetapi apa arti kedewasaan itu, dan lebih umum lagi, apa tujuannya pendidikan itu dalam arti yang sebenarnya, memerlukan yang khusus (dibahas dalam tujuan pendidikan), karena masalah tidak semudah seperti kita duga.
Tujuan pengajaran yang menggarap kehidupan intelek anak ialah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berfikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu diantaranya mampu berfikir abstrak logis, obyaektif, kritis, sistematis analitis, sintesis, integrative, dan inovatif. Apa arti hal-hal itu sebenarnya, akan dapat kita temukan dalam bab mengenai pendidikan sekolah.
Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan adalah suatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar, seperti kemampuan berfikir akan membantu proses pendidikan, yang menyangkut pembangunana seluruh kepribadian seseorang.
Pendidikan dalam ilmu mendidik, hanya kita batasi pada pengaruh yang dengan sengaja diusahakan oleh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa, sedangkan pengaruh itu harus bersifat positif dan konstruktif. Sebagai kesimpulan dapat dipertegas apa arti mendidik itu. Mendidik ialah membimbing anak yang belum dewasa supaya anak mencapai kedewasaannya. Bimbingan itu dilaksanakan oleh orang yang lebih dewasa.
Pentingnya Pendidikan
Pengantar
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri. Manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya. Karena itu pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia.
Manusia memerlukan bantuan
Jika kita bandingkan anak manusia dengan anak hewan, misalnya anak ayam, kita perhatikan hal-hal sebagai berikut. Anak manusia yang baru lahir sebagai bayi, sangat memerlukan bantuan dari ibunya. Jika ia lapar, ia menangis, datanglah ibu untuk menolongnya, dengan memberinya air susu ibu dengan cara menetek. Bayi dapat pula menangis bila popoknya telah diganti dengan yang kering, anak akan diam dan tidur. Dapat dikatakan bahwa prilaku sang ibu tersebut dikatakaan sebagi insting yang memang sudah ada didalam diri sang ibu.
Apakah itu insting? Insting ialah suatu kemampuan psiko-fisis (jasmani rohani) yang diturunkan atau yang merupakan pembawaan. Kemampuan itu menentukan pemiliknya untuk mengamati dan memperhatikan obyek-obyek dari jenis tertentu, untuk menghayati suatu keterangan emosional yang mempunyai kwalitas khusus waktu mengamati objek yang demikian, dan berprilaku terhadap obyak itu dengan cara yang khusus, atau paling sedikit, menghayati suatu dorongan untuk berprilaku yang demikian.
Manusia tidak dapat seluruh hidupnya bergantung kepada instingnya semata, banyak segi-segi kehidupannya yang perlu diperjuangkan dan dikuasai dengan belajar dan usaha; mengobati penyakit, membuat jembatan, membuat mesin-mesin dan pabrik yang memproduksi keperluan manusia sehari-hari, alat-alat transportasi, telekomunikasi, mengatur masyarakat, memerintah, menjalankan peradilan, memperbaiki hubungan antara manuasia, beribadat, berbuat kebaikan ,dsb. Untuk mencapai semua itu memerlukan usaha dan menyiapakan generasi muda memiliki dan mengembangkan ilmunya serta kecakapannya dengan usaha pendidikan. Seluruh kemampuan dan benda-benda yang dihasilkan dengan keterampilan tangan manusia dapat disebut kebudayaan. Dari segi tinjauan ini kebudayaan dapat diartikan sebagi suatu yang oleh generasi muda harus dipelajari.
Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik sebagai individu, maupun sebagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Sejak lahir anak sebagai individu diasuh dan dididik oleh orang tuanya. Ia belajar dari ibunya bagaimana mengembangkan kemampuannya; keterampilan makan yang tertib, dapat buang air kecil dan besar secara teratur tidak sembrangan tempat dan pada sembarang waktu, mengurus dirinya dengan mandi pada waktu-waktu tertentu, berganti pakaian bersih, mengatur alat-alat permainannya tidak berserakan dimana-mana, belajar membantu orang tua dalam mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga, belajar bagaimana bergaul dengan baik dengan saudara-saudaranya.
Dari uraian diatas jelas, bahwa masyarakat sebagai kolektifitas mengalami pendidikan. Jika kelompok-kelompok itu tidak dididik, masyarakat akan mengalami perkembangan yang terhamba, tidak dapat maju, dan akan tinggal sebagai masyarakat yang feudal tradisional, kurang menunjukan produktivitas dalam kehidupan, yang akhirnya menujukan pendapatan perkapita uang tidak tinggi, yaitu masih di bawah batas pendapatan yang layak atau masih kurang dalam klasifikasi kehidupan masyarakat miskin.
Pendidikan dalam praktek
Pendidikan dalam pelaksanaannya berbentuk pergaulan antara pendidik dan peserta didik, namun tentu suatu pergaulan yang tertuju kepada tujuan pendidikan, yaitu manusia mandiri, memahami nilai, norma-norma asusila dan sekaligus mampu berprilaku sesuai dengan nilai-nilai norma-norma tersebut. Diatas telah dikatakan, bahwa pendidik adalah orang dewasa sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Anak didik adalah anak manusia yang belum mencapai kedewasaannya. Pendidikan fungsinya membimbing anak didik, dan bimbingan itu akan mempengaruhhi anak didik kearah yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan, yaitu untuk mencapai kedewasaan. Mengapa anak itu dapat dipengaruhi? Karena anak itu juga manusia seperti pendidik, dapat mempengaruhi dan dapat dipengaruhi. Proses mempengaruhi adalah proses  psiko-sosial yang berlangsung antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena manusia adalah mahluk social.
Jelas bahwa menurut Jan Ligthart pendidikan itu didasari oleh kasih saying yang merupakan sumber bagi dua syarat yang lain, yaitu kesabaran dan kebijaksanaan. Sikap kesabaran sangat diperlukan untuk menghadapi anak, karena sikap tidak sabar atau lekas marah tidak akan mengairahkan kejiwaan anak. Lagi pula hasil pendidikan kita tidak dapat dengan segera kita saksikan dalam satu dua tahun. Hasil pendidikan, baru dapat kita nilai bila anak telah mencapai kedewasaan. Tidak seperti kita mananam jagung, yang hasilnya dapat dipetik setelah tiga sampai empat bulan.
Dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat upaya apa yang disebut “upaya pendidikan”, yaitu usaha-usaha tertentu terhadap generasi muda. Dengan demikian terjadilah di dalam masyarakat suatu perubahan kebudayaan (cultural change). Dengan pendidikan atau dengan proses perkembangan masyarakat, kita akan menemukan suatu perubahan dalam cara dam kwalitas kehidupan. Tidak ada manusia yang bersifat statis, yang tidak mengalami perubahan. Pada masyarakat yang satu yang mengalami perubahan yang cepat, sedangkan pada masyarakat lain lambat mengalami kemajuan. Yang terakhir ini biasanya terjadi dalam masyarakat yang sifatnya agraris (tradisional) yang hidupnya sebagian besar dari usaha pertanian dengan cara-cara tradisional.
Ilmu Pendidikan Sebagai Teori
Seorang ibu guru mengajar pelajaran biologi di sekolah dasar dengan metode ceramah dan demonstrasi. Ibu guru tersebut tidak sekedar mengajar dalam kelas, dalam arti setelah belajar dengan langkah cepat bergegas ia meninggalkan kelas, namun ia dengan tekun suka memperhatikan anak didiknya selama diluar kelas. Ia selalu berusaha membantu anak didiknya dalam memecahkan masalah.
Hal diatas merupakan suatu rakter pendidikan yang disaat kita amati dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaannya, apakah yang dilakukan sang ibu, dan ayah, serta ibu guru tersebut dapat dilakukan secara ilmiah, dalam arti tanpa disadari tanpa dilandasi konsep bagaimana sebaiknya mendidik anak dirumah atau mendidik dan mengajar murid disekolah. Upaya pendidikan bukan suatu tindakan yang dapat dilakukan dengan serampangan, namun harus direncanakan. Dalam keluarga perencanaan mendidik anak sebetulnya sudah dilakukan sebelum pernikahan, karena sebagai konsekuensi pranikah akan menghasilkan keturunan (anak).
Pentingnya Teori Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia, memiliki lapangan yang sangat luas. Ruang lingkup lapangan pendidikan mencakup semua pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan.
Antara teori dan praktek pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan memiliki hubungan komplementer (saling melengkapi), saling mengisi satu sama lain. Dalam prakteknya, memang ada orang tidak mengetahui atau mempelajari suatu teori pendidikan. Namun, ia berhasil membimbing anak-anaknya. Sebaliknya juga terjadi, seorang ahli teori pendidikan (ahli pedagogik, ahli filsafat pendidikan, ahli psikologi pendidikan,dsb) belum dapat dijamin bahwa ia akan menjadi pendidik yang baik, belum dapat dijamin ia akan berhasil mendidik anaknya sendiri.
Teori pendidikan (dalam hal ini pedagogik), perlu dipelajari secara akademik (secara ilmiah di Perguruan Tinggi), khususnya di Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan (LPTK) yang mempersiapkan lulusan untuk menjadi pendidik baik disekolah maupun diluar sekolah. Sebab kalau tidak dibekali teori pendidikan, jangan sampai terjerumus seperti yang dikemukakan oleh Gurnning tadi, di mana perbuatan pendidik (guru) tersebut seperti perbuatan orang yang tidak waras suatu perbuatan yang tidak direncanakan, tidak tentu arah dan tujuannya.
Ilmu pendidikan harus dipelajari, karena yang akan dihadapi adalah manusia, menyangkut nasib kehidupan dan hidup manusia, akan menyangkut harkat martabat derajat manusia serta hak asasinya. Perbuatan mendidik bukan perbuatan yang sembrono, melainkan suatu perbuatan yang harus betul-betul disadarinya, dalam rangka membimbing anak kepada suatu tujuan yang dituju.
Ilmu pendidikan sebagi teori perlu kita pelajari karena praktek mendidik tanpa disadari oleh teori tentang pendidikan, akan membawa kita kepada kemungkinan berbuat kesalahan. Ilmu pendidikan termasuk salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sifatnya praktis. Mengapa demikian? Karena ilmu pendidikan mempelajari dasar-dasar, prinsip-prinsip serta tujuan tentang kegiatan mendidik. Kata “praktis” dalam hubungan ini, tidak diartikan sebagai lawan teoritis, seperti dalam ucapan “cara kerja anda kurang praktis”, melainkan ilmu sebagai teori atau konsep tentang perbutan mendidik pada manusia. Kata “praktis” berasal dari kata Yunani “prattein” yang berarti “berbuat”.setiap ilmu pada dasarnya adalah teori yang tidak ditujukan kepadda perbuatan manusia seperti biologi, kimia, fisika, matematika, dsb. Perbuatan mendidik bukanlah perbuatan sembarangan, karena menyangkut kehidupan dan nasib anak manusia untuk kehidupan selanjutnya, yaitu manusia sebagai makhluk yang bermartabat dengan hak-hak azasinya. Itulah, sebabnya melaksanakan pendidikan merupakan tugas moril yang tidak ringan. Ini berarti, bahwa membuat kesalahan dalam mendidik anak, walaupun tidak sengaja, dan walaupun kecil, tidak dapat kita anggap enteng. Itikad baik pendidik dalam menunaikan tugasnya selalu berusaha untuk mengurangi kesalahan-kesalahan atau membatasi kesalahan-kesalahan seminimal mungkin.
Orangtua sering membuat kesalahan dalam melaksanakan pendidikan di lingkungan keluarga. Mereka lebih banyak memberi nasihat yang dogmatis-otoriter secara sepihak, dan tidak memberi kesempatan kepada anak untuk secara terbuka mengemukakan pendapatnya, tidak pernah terjadi diskusi antara orangtua dengan anaknya dalam satu kelaurga. Dalam hal ini ayah dan ibu membuat kesalahan dalam teknik mendidik.
Bentuk kesalahan yang kedua, adalah yang bersumber pada kebribadian pendidik sendiri. Kesalahan ini tidak mudah dibetulkan, karena mengoreksi struktur kepribadian seseorang tidaklah mudah, dan untuk memperbaiki kepribadiannya dan prilakunya pertama-tama memerlukan kesediaan dan kerelaan yang bersangkutanserta memakan waktu yang lama. Seorang ayah dan ibu sebagai pendidik, sebaiknya tidak diperkenankan mempunyai sifat yang agresif, mengalami frustasi penuh kecemasan, egoistis (selalu mementingkan diri sendiri), ataupun bersikap deprosif (murung). Sifat-sifat tersebut sangat erat hubungannya dengan masa lampau mereka waktu kecilnya, yaitu waktu mereka sendiri masih jadi anak menghadapi sikap dan suasana kehidupan keluarga orangtuanya.
Dalam kesalahan mendidik menurut jenis ketiga ialah kesalahan konseptual, yaitu dalam menjalankan proses pendidikan, pendidik kurang menyadari, bahwa kesalahan dapat mempunyai akibat yang mendalam pada anak didik.
Pendidikan dalam Ruang Lingkup Mikro dan Makro
Pendidikan dalam ruang lingkup mikro artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala kecil, dan pendidikan dalam ruang lingkup makro, kita mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala besar. Seperti telah dikemukakan di muka bahwa lapangan pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas menyangkut pengalaman dan pemikiran manusia dalam pendidikan. Pernyataan tersebut melihat pendidikan merupakan kegiatan manusia yang sangat luas, jadi ini dilihat dari lingkup makro. Pendidikan yang dilakukan secara nasional dengan segala perangkat aturanya sepeti Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan mencakup pendidikan sekolah dan luar sekolah, berlangsung seumur hidup, hal tersebut melakukan tinjauan pendidikan secara makro (besar).
Pengelompokan pengkajian pendidikan secara mikro dan makro tersebut dapat dilihat dari dua segi, yaitu: 1.) Manusia sebagai individu, dan sebagai anggota masyarakat, dan 2.) Tanggung jawab pendidikan.

Minggu, 04 November 2012

Outbound Dokumentasi BUKU BINDER - Kelompok Ikhwan

Diposting oleh littlecloud di 15.47 0 komentar
Kelompok 2 Ikhwan

Kelompok 1 Ikhwan
























 

Me, and In Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review