Selasa, 31 Juli 2012

Resume Pedagogik BAB 7: Kasih Sayang, Kewibawaan, dan Tanggung Jawab Pendidikan

Diposting oleh littlecloud di 00.13 1 komentar

Bab 7
KASIH SAYANG, KEWIBAWAAN, DAN TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN
Pengertian Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan pola hubungan yang unik diantara dua orang manusia atau lebih. Pola hubungan ini ditandai oleh adanya perasaan kasih sayang, saling mengasihi, saling mencintai, saling memperhatikan dan saling memberi. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa kasih sayang adalah kebutuhan alami manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa makanan dan minuman, demikian juga manusia tidak bisa hidup tanpa kasih sayang. Manusia mencintai dirinya dan ingin dicintai oleh orang lain. Anak-anak lebih membutuhkan kasih sayang daripada orang dewasa. Seorang anak tidak begitu peka apakah ia tinggal di gunung atau di istana, jenis pakaian apa yang dikenakan atau menu makanan apa yang dimakan. Anak tidak begitu peka tapi ia sangat peka dengan perasaan orang lain terhadapnya.
Kasih sayang adalah kebutuhan setiap orang, maka kasih sayang sedemikan dahsyat mempengaruhi kehidupan anak manusia. Anak-anak yang dibesarkan dalam limpahan kasih sayang akan tumbuh menjadi anak yang mandiri dan kuat.
Kasih sayang mempengaruhi kesehatan fisik. Hati yang berbunga-bunga karena limpahan kasih sayang akan menyehatkan saraf dan fisik. Anak-anak yang kenyang dengan kasih sayang orangtuanya, tubuhnya lebih sehat dari anak-anak yang kurang mendapatkan kasih sayang. Anak-anak yang besar dalam limpahan kasih sayang orangtua akan menjadi anak-anak yang memiliki hati yang hangat. Karena sudah merasakan kebahagiaan kasih sayang dan orangtuanya, maka ia juga akan memperlakukan orang lain dengan penuh kecintaan. Ketika ia dewasa ia akan belajar mencintai istriya, anak-anaknya, sahabat dan masyarakat disekitarnya dengan maksimal.
Manusia yang dicintai akan membalas kasih sayang orang yang mencintainya. Karena manusia itu pada dasarnya sangat mencintai dirinya, maka ia juga akan mencintai orang yang mencintai dirinya dan memandang dengan pandangan yang positif. Begitu pula anak-anak yang tumbuh dalam lautan kasih sayang orangtuanya akan memandang orangtuanya sebagai manusia yang baik, bisa dipercaya dan patut didengar. Orangtua yang mencintai anaknya akan lebih banyak manuai sukses dalam mendidik anak-anaknya.
Kasih sayang juga akan menyelamatkan anak-anak dari sifat-sifast kerdil. Anak-anak yang kuang atau tidak mendapatkan kasih sayang orangtuanya akan tumbuh sebagai anak yang merasa terkucilkan. Ia akan membenci orangtua dan orang lain dan besar kemungkinan akan menjadi anak-anak yang suka melakukan hal-hal yang berbahaya.
Dalam suatu riwayat, Nabi Musa as bertanya kepada Allah Swt, “Amalan apakah yang paling utama?”, “Kasih sayang kepada anak-anak! Karena fitrah mereka itu atas tauhid dan kalau Aku wafatkan anak-anak tersebut, maka mereka akan Ku-masukkan ke surga!”.
Dalam proses pendidikan di sekolah peran orangtua digantikan oleh pendidik atau guru, pola hubungan mendidik perlu dilandasi oleh kasih sayang dari pendidik kepada perdik agar terjalin ikatan perasaan yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
Dampak Kasih sayang yang Berlebihan
Kasih sayang orangtua memang penting tapi kalau terlalu berlebihan akan mendatangkan akibat yang tidak diharapkan. Kasih sayang itu seperti air atau makanan kalau diberikan dengan ukuran yang tepat dan dengan jumlah yang tepat, maka anak memberikan hasil yang maksimal, tapi kalau tidak demikian akan berubah menjadi sesuatu yang tidak baik. Kasih sayang yang terlalu berlebihan untuk anak-anak adalah pengkhianatan.
Anak-anak itu bukan mainan orangtua, tapi ia adalah manusia yang masih kecil yang harus dididik untuk menyongsong masa depannya. Orangtua harus sadar bahwa, suatu hari mereka akan lepas dari mereka. Anak-anak juga tidak selamanya anak-anak. Mereka akan tumbuh menjadi dewasa dan harus bergaul delam kehidupan sosial akan mengalami hal0hal yang menyenangkan, menyedihkan, menyengsarakan dan membahagiakan.
Sebagai orangtua yang baik, mereka harus mempersiapkan sesuatu untuk masa depan anak-anak mereka. Mereka harus dididik supaya menjadi manusia yang tangguh di hari esok. Jangan membiarkan mereka menjadi anak-anak yang tidak berdaya, lemah dan selalu mengiba-iba uluran tangan orang lain. Akibat negatif kasih sayang berlebihan:
·         Tumbuhnya sikap ingin diperlakukan istimewa
·         Anak akan mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya.
·         Anak akan menjadi anak yang sangat rentan dengan masalah, kehilangan kepercayaan diri, tidak berani mengmabil resiko, tidak mau melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting dan selalu mengharapkan uluran tangan oran lain.
·         Anak tidak mau lagi mengembangkan diri karena merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
·         Anak bisa jadi memiliki sifat tercela, seperti sombong, egois, minimnya simpati untuk orang lain, dan lain-lain.

Peranan Kasih Sayang Dalam Pendidikan
Peranan kasih sayang dalam pendidikan di sekolah merupakan begian yang tak terpisahkan dalam membentuk sikap, kepribadian dan perilaku anak disamping peran keluarga dan masyarakat. Banyak peran yang semestinya dilakukan oleh seorang pendidik dalam menjalankan proses pendidikan, diantaranya:
a.       Pendidik sebagai pembimbing
b.      Pendidik sebagai pembantuk kepribadian
c.       Pendidik sebagai tempat perlindungan
d.      Pendidik sebagai figur tauladan
e.       Pendidik sebagai sumber pengetahuan
Pengertian Kewibawaan
Kewibawaan atau Gezag, adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya.
Pengenalan dan pengakuan kewibawaan membutuhkan bahasa, sehingga pengenalan dan pengakuan wibawa itu berjalan sejajar dengan tumbuhnya bahasa pada kanak-kanak. Bahasa merupakan tempat pertemuan antara pendidik dan perdik. Dengan bahasa, perdik dapat mengerti apa arti anjuran dan larangan dari pendidik, sehingga dengan demikian dapatlah dikenal dan diakui bewibawa.
Macam-macam Kewibawaan
Ditinjau dari daya mempengaruhi seseorang, maka kewibawaan dapat dibedakan menjadi:
a.       Kewibawaan lahir
Yaitu kewibawaan yang timbul akibat kesan-kesan lahiriah seseorang.
b.      Kewibawaan batin
Seperti adanya rasa cinta, adanya rasa demi kamu, adanya kelebihan batin dan ketaatan kepada norma.
Dua macam kewibawaan itu harus ada dalam pendidikan.
Mempertahankan Kewibawaan dalam Pendidikan
Agar kewibawaan yang dimiliki oleh pendidik tidak goyah, tidak lemah, maka hendaknya pendidik itu selalu:
a.       Bersedia memberi alasan
b.      Bersikap you attitude
c.       Bersikap sabar
d.      Bersikap memberi kebebasan
Kewibawaan dan Perdik
Dapat dikatakan bahwa kewibawaan ialah syarat mutlak (conditiosine qua non) untuk mendidik. Lengeveld berpendapat bahwa pendidikan anak sesungguhnya baru dimulai pada umur 3 tahun. Jika ada usaha yang dimulai atau diberikan sebelum anak berusia 3 tahun, ini disebut dengan pendidikan pendahuluan.
Jika anak sudah dapat mengakui kewibawaan pendidik, maka saat itulah dapat dimulai pendidikan dan pengenalan norma yang sesungguhnya. Anak bukan sekedar harus berbuat sesuai dengan norma secara paksa tanpa mengetahui normanya, melainkan norma itu sendirilah yang diperkenalkan kepada perdik. Maka dari itu, pendidik harus menjadikan diri sendiri menjadi perwujudan norma itu sendiri. Selain itu, ada atau tidaknya pendidik sangat mempengaruhi sifat perdik menghadapi norma.
Adapun tahap-tahap proses penerimaan norma adalah sebagai berikut:
a.       Anak menghadapi pendidik sebagai pendukung norma tertentu, yang selalu dilihatnya melaksanakan norma itu.
b.      Anak kemudian mengerti bahwa tindakan-tindakan tingkah laku pendidiknya itu diatur oleh norma.
c.       Setelah anak menglihat norma terlepas dan si pendukung norma, maka tindakan atau tingkah laku pendidik sebagai pendukung norma, selalu dibandingkan dengan norma yang diketahui anak, juga dengan peraturan atau norma yang dikatakan oleh pendidiknya itu.
d.      Bila ternyata pendidik mempunyai tingkah laku yang cocok dengan norma yang dikemukakannya atau dinasehatinya, maka anak akan menerima norma itu dengan sukarela. Tetapi bila perdidik tahu bahwa tindakan atau perbuatan pendidik itu tidak cocok atau bahkan bertentangan dengan norma yang dinasihatkan, maka anak didik akan menolaknya, dan tidak akan melaksanakan norma itu.
Maka dapat dikatakan perkembangan kewibawaan anak didik ditandai dengan tumbuhnya kepercayaan. Dalam lingkungan pendidikan, kepercayaan yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik mempunyai dua arti:
a.       Bahwa keinginan pendidik untuk terus mengikat pribadi anak didik pada dirinya telah dapat diatasi oleh pendidik itu.
b.      Bahwa kepercayaan itu merupakan tempat sumber bagi anak didik untuk tumbuh dan berkembang.
Kepercayaan itu memberikan dorongan kepada perdik agar ia berani dan penuh keyakinaan berusaha supaya ia menjadi dewasa, kedewasaan dapat dikatakan akhir masa pendidikan dalam arti apabila menusia itu telah dianggap menjalankan kewibawaan atas diri dan segala sesuatu yang dipercaya dan disamping itu tetap mengakui serta menurut kepada kewibawaan yang lebih besar dan tinggi.
Pengertian tanggung jawab
Tanggung jawab dalam arti harfiah ialah tanggungan beban untuk menjawab. Atau lebih tegasnya adalah tanggungan beban untuk menerangkan suatu kelakuan tertentu. Bertanggung jawab selalu dalam hubungan dengan orang lain. Bertanggung jawab dapat menerangkan perbuatan kita dan kepentingan kita dengan orang lain. Tidak mengganggu orang lain berarti dewasa secara sosial, dewasa secara sosial berarti dapat bertanggung jawab atas segala perbuatan.
Pendidikan dan Tanggung Jawab
Menyinggung masalah perdik, khususnya pada tingkat dewasa, hendaknya para pendidik harus mengetahui apa yang disebut kedewasaan. Karena pada hakekatnya pendidikan adalah mendewasakan anak. Kedewasaan adalah ketika perdik telah bertanggung jawab atas keadaan dirinya baik secara psikologis, paedagogis, biologis dan sosiologis.
Tanggung Jawab Manusia dalam Ajaran Agama
Ada banyak kewajiban yang dibebankan kepada manusia, dan dapat dikelompokkan pada empat kelompok yaitu:
1.      Tanggung jawab manusia terhadap Tuhan
2.      Tanggung jawab manusia terhadap dirinya
3.      Tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat
4.      Tanggung jawab manusia terhadap keluarga
5.      Tanggung jawab manusia terhadapsanak-kerabat
6.      Tanggung jawab manusia terhadap tetangga
7.      Tanggung jawab manusia terhadap Ayah dan Ibu
8.      Tanggung jawab manusia terhadap anak
9.      Tanggung jawab manusia terhadap alam

Senin, 30 Juli 2012

Resume Pedagogik BAB 5 : Pendidik dan Peserta Didik

Diposting oleh littlecloud di 23.20 1 komentar

BAB 5
PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
PENDIDIK
Pengertian Pendidik
            Pendidik adalah seorang yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya pendidikan, sejalan dengan itu ada juga yang menyatakan bahwa pendidik adalah orang dewasa yang membantu terhadap anak didik agar menjadi dewasa.
            Dalam UU No. 2o tahun 2003 pendidik adalah tenaga pendidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
            Sedangkan dalam UU Guru dan Dosen No.14 tahun 2005 guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Ciri-ciri Pendidik
            Ciri utama seorang pendidik adalah adanya kewibawaan yang terpancar dari dirinya terhadap anak didik. Kewibawaan adalah suatu pengaruh yang diakui kebenaran dan kebesarannya, bukan sesuatu yang memaksa.
            Ciri kedua seorang pendidik adalah mengenal peserta didiknya.
            Ciri ketiga seorang pendidik adalah mau membantu peserta didiknya maka bantuan yang diberikan harus sesuai dengan yang diharapkan anak didiknya.

Syarat-syarat Pendidik
1.      Seorang pendidik harus mengetahui tujuan pendidikan
2.      Seorang pendidik harus mengenal peserta didiknya
3.      Seorang pendidik harus tahu prinsip dan penggunaan alat pendidikan
4.      Ia harus mempunyai sikap bersedia membantu peserta didik
5.      Ia harus dapat beridentifikasi terhadap muridnya.

Jenis-jenis Pendidik
            Pendidikan di Indonesia terbagi menjadi pendidik di keluarga, sekolah dan masyarakat, masing-masing komponen tersebut ada bertanggung jawabnya yang juga dikatakan sebagai pendidik.

PESERTA DIDIK
Pengertian Peserta Didik
            Peserta didik adalah umat amnesia yang diakui haknya sebagai individu dan mempunya tanggung jawab sosial dengan demikian peserta didik dikatakan sebagai anak manusia yang tengah berkembang dengan pertolongan pendidik.
            Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
a.       Kelemahan dan Ketidakberdayaan
            Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya. Kelemahan yang dimiliki oleh anak adalah kelemahan rohaniah dan jasmaniah, maka dia tidak kuat oleh gangguan cuaca, keadaan tubuh yang basah, panas atau dingin. Begitu juga rohaniahnya, dia tidak mampu membedakan keadaan yang berbahaya dan menyenangkan. Kelemahan dan ketidakberdayaan makin lama makin hilang berkat pendidikan.

b.      Peserta didik yang berkembang atau belajar
            Bayi yang normal atau sehat tidak pernah diam. Kalu sudah pandai berpindah tempat ia tak mau diam barang sebentar. Apa saja yang ia temukan ia raba dan ia coba. Semua ingin ia ketahui.
             Dalam sorotan ini maka menjadi jelas bagi kita bahwa kegiatan peserta didik yang menunjukkan cirri khas itulah yang dapat memungkinkan kita memberikan pendidikan kepadanya. Sebab kalau tak ada ini amat diragukan bagaimana kita akan membuatnya berkembang, sebab berkembang memerlukan hal yang bersifat dasar, yaitu keinginan dari anak sendiri untuk berkembang.

c.       Peserta didik yang igin menjadi diri sendiri
            Kita mengetahui bahwa hal ini penting baginya, karena untuk dapat bergaul dalam masyarakat, seseorang itu harus merupakan diri sendiri atau pribadi itu. Tanpa itu maka manusia akan menjadi “yesmen”, manusia  masa yang tak punya pribadi.

Jenis-jenis peserta didik
a.                Peserta didik menurut tahap perkembangan
§ Bayi (kira-kira sejak lahir sampai umur satu tahun)
§ Kanak-kanak (1tahun sampai 7 tahun)
§ Anak-anak (7 tahun sampai 13 tahun)
§ Remaja (13 tahun ke atas)
     Masa bayi ini bersifat tidak berdaya di satu pihak akan tetapi pihak lain menunjikkan hasrat berkembang yang tak kunjung berhenti dan dengan semangat yang mengagumkan.
     Masa kanak-kanak adalah masa eksplorasi  (penyelidikan). Masa ini penuh dengan kegairahan untuk melihat dan mengetahui sebanyak-banyaknya.
     Anak-anak adalah mereka yang menginjak masa yang lebih luas daripada dunia kanak-kanak. Masa ini adalah masa perkembangan yang lebih luas. Masa anak-anak lebih  ditandai kepada kehidupan intelektualisme dalam arti pengenalan dunia yang lebih luas dan sedikit abstrak, serta dunia khayal.
     Masa remaja adalah masa untuk menyesuaiakan diri peserta didik menjadi lebih matang dalam segi sosialnya, disamping ia belajar lebih banyak mengenai kematangan rukhaniah dalam segi tanggung jawab dan kematagan perasaan serta berfikir.

b.         Peserta didik dibedakan menurut hubungannya dengan pendidik
            Masa bayi hubungan antara peserta didik dan pendidik itu tidak menjadi soal benar, karena pendidik disini lebih banyak mengikuti gerak kehidupan bayi itu sendiri.
            Masa kanak-kanak  komunikasi terletak dalam pergaulan main yang sifatnya mendidik, dan hal ini banyak menyita perhatian kita. Asal kperluan jasmaniah terpenuhi, kesempatan bermain tidak dihalangi maka anak didik tak menjadi kerepotan pendidiknya.
            Masa anak-anak adalah masa pencarian pengetahuan sebanyak mungkin. Masa ini adalah masa realistis, dank arena itu komunikasi antara pendidik dan peserta didik bersifat stabil.
            Pada masa remaja kita mulai menghadapi peserta didik yang menyadari Kediri sendiriannya dengan lebih matang, dan siap berargumentasi denga pengetahuan yang diperoleh pada masa anak-anak. Mereka sudah dapat mebanding dan menilai, dank arena itu pendidik yang ideal bagi mereka tetapi bertindak tegas.

c.         Peserta didik dilihat dari kemampuannya
            Untuk keperluan pengertian tentang hal ini kita membgi peserta didikmenjadi dua kelompok besar: mereka yang kemampuan dasarnya berada pada ukuran normal keatas, dan mereka yang kemampuan dasarnya dibawah normal.

INTERAKSI PEDAGOGIS ANTARA PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
Dimensi-dimensi interaksi sosial
a.         Interaksi sosial didalam situasi belajar-mengajar ditandai dengan hubungan pkerjaan.
b.         Interaksi sosial didalam situasi belajar-mengajar selalu bertujuan untuk mencapai sesuatu untuk kepentingan murid.
c.         Interaksi sosial disini ditandai dengan kemauan guru untuk membantu murid mencapai suatu kepandaian atau keterampilan serta sikap tertentu.
d.        Sebaliknya interaksi sosial disini berlandaskan anggapan murid bahwa guru itu dapat membantunya dalam hal-hal tertentu da dalam perkembangannya.

Ciri-ciri interaksi belajar-mengajar
a.         Interaksi belajar mengajar bertujuan untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu .
b.         Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang sengaja direncanakan untuk mencpai suatu tujuan.
c.         Interaksi belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan material yang khusus.
d.        Interaksi belajar-mengajar ditandai dengan aktivitas murid.

Jenis interaksi dilihat dari jumlah murid.
§   Jenis interaksi individual
            Pada interaksi ini anak banyak mendapat kesempatan untuk mengalami berbagai proses belaja, karena guru hanya berbicara pada ia seorang, sehingga kesempatan banyak diberikan kepadanya.

§   Interaksi belajar mengajar berkelompok
            Jenis ini yang sekarang banyak dipakai. Hal itu disebabkan karena cara ini lebih murah dan lebih cepat. Murahnya dilihat dari jumlah guru dan peralatan yang diperlukan. Murid disini dapat lebih banyak dapat kesempatan berkembang, karena pergaulan antar murid satu sama lain.
§   Interaksi belajar mengajar dengan tim guru.
            Caranya ialah dengan membagi tugas antar guru-guru tersebut  sesuai dengan keahliannya dan masing-masing bergiliran melakukan interaksi.

Interaksi belajar mengajar dengan perantara modul.
            Pengertian modul ini dibawa kedalam dunia pendidikan. Artinya satu kumpulan berbagai bahan dan tugas pelajaran yang merupakan seperangkat alat pelajaran untuk mencapai suatu tujuan intruksional tertentu.

Syarat-syarat interaksi belajar-mengajar
a.         Interaksi belajar-mengajar harus bertujuan
b.         Setelah tujuan ditemukan tentukanlah bahan pelajaran yang akan menjadi pokok masalah antara guru dan murid.
c.         Tentukanlah prosedurnya atau uraian kegiatannya.
d.        Harus ditetapkan metode yang dipakai serta jenis peralatan pendidikan apa yang harus digunakan.
e.    Suatu interaksi adalah perjalanan suatu kebulatan kegiatan dan pelajaran. Dan juga harus ada evaluasi.

Makalah Rancangan Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan

Diposting oleh littlecloud di 23.16 3 komentar

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.
Perlu diketahui tugas guru yang terpenting adalah sebagai pelaksana operasional pembelajaran, secara khusus mata pelajaran membaca dan menulis di kelas rendah dapat dilaksanakan dengan baik, maka dari apa itu guru hendaknya mempelajari, memahami, dan mengkaji GBPP yang sudah menjadi tanggung jawabnya, dari situlah guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana mata pelajaran tersebut akan disajikan nantinya. Dengan demikian guru dapat merancang pembelajaran, maupun melaksanakan pembelajaran, mampu menilai atau mengevaluasi hasil belajar, yang nantinya bertujuan pada kompetensi yang digariskan dapat tercapai sesuai dengan harapan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembelajaran MMP di SD?
2. Tujuan dari pembelajaran MMP di SD?
3. Aspek apa saja yang terkandung dalam MMP?

C. Tujuan
1. Memahami rancangan pembelajaran membaca menulis permulaan
2. Mengembangkan kajian KBK mata pelajaran Bahasa Indonesia



 

BAB II

A.      Rancangan Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan
1.        Hakikat Membaca
Pada hakikatnya membaca ialah kegiatan yang mata dengan pikiran. Dalam kegiatan membaca, pembaca memproses informasi dari teks yang dibaca untuk  memperoleh makna (Vacca, 1991: 172). Membaca merupakan kegiatan yang dilakukan setiap hari. Dengan membaca kita dapat memperluas pengetahuan yang kita miliki. Oleh karena itu membaca perlu diajarkan sejak awal pembelajaran di SD.
Gibbon (1993) mendefinisikan membaca sebagai proses memperoleh makna dari cetakan. Jadi membaca bukanlah kegiatan yang  bersifat pasif dan reseptif saja, tetapi pembaca juga dituntut untuk berpikir mengenai makna yang terkandung dalam bacaan.

2.        Pembelajaran Membaca Permulaan
Pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemmapuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk membaca lanjut. Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan (Syafi’ie,1999: 16).
            Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing dan Leong, 1982) proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu:
a.       Visual Memory
b.      Phonological Memory
c.       Sematic Memory

B. Pengembangan KBK Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

            Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD merupakan pembelajaran yang paling utama, terutama di kelas rendah. Dikatakan demikian karena dengan bahasalah siswa dapat mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Oleh karena hal itu, guru  sebagai pelaksana dan pengelola pembelajaran dituntut untuk dapat merancang, melaksanakan dan mengevaluasi aspek-aspek yang tercakup dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
            Terdapat empat aspek utama yang harus dikembangkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah dirumuskan secara nasional, yaitu 1) menyimak; 2) berbicara; 3) membaca; dan 4) menulis. Serta terdapat dua aspek penunjang yakni Kebahasaan dan Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia.
           
Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia
1.        Menyimak
Menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang terjadi secara lansung. Menyimak dapat melatih keterampilan berpikir anak sehingga dapat menerima, memahami dan menyampaikan kembali informasi yang didapat melalui lisan atau tulisan atau bahkan dengan bahasa yang dapat dipahami oleh pendengarannya.

2.        Berbicara
Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang produktif. Keterampilan ini merupakan implementasi dari kegiatan menyimak. Kegiatan berbicara berkembang cepat pada masa anak-anak. Penambahan kosakata didapat dari hasil simakan. Dalam pembelajaran formal, berbicara dilaksanakan pada kelas rendah yaitu dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk berbicara mengenai dirinya atau pengalaman yang ia punya atau dengan menceritakan gambar. Kegiata tersebut dapat melatih  keberanian siswa dalam berkomunikasi.
 


3.        Membaca
Memaca merupakan kemampuan mutlak harus dimiliki oleh setiap individu dalam rangka pengembangan diri secara berkelajutan. Membaca perlu diajarkan sejak dini agar manusia dapat mengembangkan dirinya sejak awal. Dalam pembelajaran formal di SD dibagi menjadi dua bagian, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut.
Membaca permulaan dilaksanakan pada SD kelas rendah (I dan II). Di dalam membaca permulaan, siswa diharapkan dapat mengenali jenis-jenis huruf, suku kata, kata dan kalimat serta mampu membaca dalam berbagai konteks. Membaca lanjut mulai diterapkan pada SD kelas III. Ada berbagai jenis membaca lanjut, yaitu:
1)      Membaca Teknik
Membaca teknik ialah membaca dengan lafal yang baik dan benar dan intonasi yang wajar. Guru harus melatih siswa melafalkan fonem dengan benar, tidak menonjolkan aksen kedaerahan.
2)      Membaca dalam Hati
Membaca dalam hati perlu dilatih setelah siswa menguasai huruf. Siswa dilatih tanpa suara dan bibir tidak bergerak. Membaca dalam hati mulai diajarkan pada SD kelas II. Bahan bacaan disesuaikan dengan kemampuan siswa.
3)      Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman menrupakan lajutan dari membaca dalam hati. Membaca pemahama ialah membaca tanpa suara dengan tujuan memahami isi bacaan. Untuk mengatahui pemahaman siswa dapat dilakukan dengan menceritakan kembali isi bacaan atau mengajukan pertanyaan seputar isi bacaan.
4)      Membaca Indah
Membaca Indah hampir mirip dengan membaca teknik. Yang berbeda ialah bahan bacaannya. Membaca indah ialah membaca puisi atau fiksi dengan intonasi yang tepat dan emosi yang baik. Kegiatan ini bersifat apresiatif sehingga melibatkan penghayatan, penjiawaan dan emosi.
5)      Membaca Cepat
Membaca cepat bertujuan agar siswa dapat membaca dengan cepat. Waktu yang ditentaukan sesuai dengan tingkat kesukaran bahan bacaan. Siswa perlu dilatih gerakan mata, arah pandangan, hindari membaca kata demi kata dan menunjuk bacaan dengan satu jari. Kegiatan ini diberikan pada SD kelas IV.
6)      Membaca Pustaka
Kegiatan membaca pustaka merupakan kegiatan membaca di luar jam pelajaran. Kegiatan ini dapat berupa penugasan individu maupun kelompok. Kegiatan ini bertujuan agar dapat mengembangkan minat siswa dalam membaca. Untuk itu sekolah perlu menyediakan perpustakaan yang baik, baik dari segi banyak macam buku maupun penataan perpustakaan.
7)      Membaca Bahasa
Membaca ini ditekankan untuk memahami kebahasaan, bukan memahami isi. Jadi melalui membaca kebahasaan siswa dapat dilatih mengenai makna dan penggunaan kata, pemakaian imbuhan, ungkapan serta kaliamt.

4.        Menulis
Menulis atau mengarang merupakan keterampilan berbahasa yang kompleks. Untuk itu menulis perlu dilatih secara teratur dari awal pembelajaran formal. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif, karena penulis harus terampil menggunakan grofologi, struktur bahasa dan memilki kemampuan bahasa yang memadai (Mosey, 1986:122).
Pembelajaran menulis di SD terdiri atas dua bagian yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. Menulis permulaan diawali sari melatih siswa memegang alat tulis dengan benar, menarik garis, menulis huruf, suku kata, dan kalimat sederhana biasanya diawali atau bersamaan dengan pembelajaran membaca permulaan.
 

5.        Kebahasaan
Pembelajaran di SD disajikan melalui konteks yang termasuk kebahasaan. Maksudnya, kebahasaan dapat disajikan melalui aspek membaca, pengucapan lafal yang benar, intonasi kalimat, dan lain-lain melalui aspek menulis, penggunaan imbuhan dalam kalimat, paragraf, penulisan ejaan yang benar dan seterusnya. Aspek kebahasaan menunjang keempat keterampilan bahasa.

6.        Sastra
Apresiasi Bahasa dan Sastra ditekankan pada pembelajaran sastra di SD. Muncul dua pengertian yang tersirat didalamnya yaitu Apresiasi Bahasa Indonesia dan Sastra Bahasa Indonesia. Pembelajaran sastra di sekolah dasar melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.
a)      Tahapan Penikmatan
Siswa diajak menikmati berbagai hasil karya sastra anak seperti mendengar cerita, mendengar puisi atau menonton drama anak. Tahapan ini diterapkan pada SD tingkat rendah.
b)      Tahapan Penghargaan
Siswa dapat memberi penilaian terhadap karya sastra yang dinikmati, seperti menyenangi buku-buku, puisi, dll.
c)      Tahapan Pemahaman
Siswa dapat membedakan bentuk-bentuk sastra seperti cerpen, puisi ataupun drama.
d)     Tahapan Penghayatan
Dalam tahap ini siswa dapat memahami isi yang terkandung dalam suatu karya sastra seperti tokoh, setting, dan lain-lain.
e)      Tahapan Implementasi
Pada tahap ini siswa dapat menyalurkan kegiatan sastra sesuai dengan minatnya seperti minat dalam membaca, membaca puisi, bermain peran atau yang lainnya.
C.                 Pengembangan KBK Bahasa Indonesia SD
            Berdasarkan pembahasan tentang KBK Bahasa Indonesia SD pada Kegiatan Belajar 1, dan uraian tentang aspek-aspek dalam pembelajaran bahasa Indonesia SD di atas, maka diperlukan pengembangan KBK ke dalam silabus pembelajaran bahasa Indonesia SD.
            Silabus merupakan seperangkat rencana tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Oleh karena itu, silabus harus dikembangkan secara sistematis dan berisi komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian kompetensi dasar. Berikut ini komponen-komponen silabus yang diharapkan dapat membantu dalam pengelolaan pembelajaran, antara lain:
1.      Identitas, isi identitas antara lain, mata pelajaran, satuan pendidikan (SD), kelas atau semester, alokasi waktu, tema, aspek bahasa yang dikembangkan.
2.      Kompetensi dasar, hasil belajar, indikator (lihat dalam KBK Mata Pelajaran).
3.      Langkah-langkah Pembelajaran (dirumuskan oleh guru)
4.      Materi
Pemilihan materi dihubungkan dengan tema yang dipilih, selain itu harus mencermati berbagai kriteria. Isi materi harus mengandung kebenaran, bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, menarik, aktual , tidak bertentangan dengan norma dan dasar negara, dan tidak mengandung sara.
5.      Sumber belajar yang utama bagi guru adalah sarana cetak seperti buku, brosur, majalah, surat kabar, poster, naskah, gambar-gambar dan lingkungan sekitar
6.      Penilaian
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penilaian antara lain:
a.       Penilaian dapat dilakukan melalui tes tertulis, tes kinerja, hasil karya siswa, proyek, portofolio;
b.      Penilaian harus mencakup tiga aspek, yaitu; pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
c.       Penilaian mengacu pada indikator atau tujuan pembelajaran; dan
d.      Tidak berdifat diskriminasi.
            Pengembangan silabus ini dapat dilakukan oleh guru secara individu maupun berkelompok atau dikoordinasikan oleh dinas pendidikan setempat. Format silabus tidak dibakukan. Pada lampiran diberikan dua contoh format silabus berbentuk esai (ke bawa) dan berbentuk matriks (ke samping). Penyajian silabus harus memperhatikan hal-hal berikut: keterbacaan, keterkaitan antar komponen, kepraktisan penggunaan, dan mudah dipahami penggunanya.
 

Me, and In Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review