Pengertian Pedagogik
Pedagogik
merupakan ilmu yang mengkaji
bagaimana membimbing anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak
didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik
anak. Dalam bagian ini akan dibahas pengertian pedagogik, pendidikan dalam arti
khusus dan dalam arti luas. Pendidikan mengandung tiga aspek yaitu mendidik,
mengajar dan melatih.
Uraian:
Pendidikan dalam arti
khusus:
Pedagogik berasal dari bahasa yunani “paedos” yang berarti
anak laki-laki, dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik
secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada zaman yunani kuno, yang
pekerjaannya mengantarkan anak majikannya kesekolah. Kemudian secara kiasan
pedagogik ialah seorang ahli yang membimbing anak kearah tujuan hidup tertentu,
yaitu supaya anak kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”.
Jadi pedagogik adalah Ilmu Pendidik Anak.
Dalam bahasa
Inggris istilah pendidikan dipergunakan perkataan “education”, biasanya istilah
tersebut dihubungkan dengan pendidikan disekolah, dengan alas an, bahwa di
sekolah tempatnya anak didik dididik oleh para ahli yang khusus mengalami
pendidikan dan latihan sebagi profesi.
Dalam bahasa
Belanda kita temukan untuk pendidikan kata “opvoeden” (op = ke atas, voeden = memberi
makan) disini memberi makan diambil kiasannya, yaitu memeberi makan makanan
rohani untuk meningkatkan kecekapan dan rajat seorang anak..
Jadi,
pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam
membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah
anak dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan
dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam
lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga.
Menurut Drijarkara, pendidikan secara
prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan
tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan figur sentral dalam
pendidikan. Ayah dan Ibu bertanggung jawab untuk membantu memanusiakan,
membudayakan, dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Bimbingan dan
bantuan ayah dan ibu tersebut akan berakhir apabila sang anak menjadi dewasa,
menjadi manusia sempurna atau manusia purbawan (dewasa).
Jadi, proses pendidikan menurut pedagogik
berlangsung sejak lahir sampai anak mencapai dewasa (pengertian dewasa akan
dijelaskan pada bagian pembahasan tujuan pendidikan). Pendidikan dalam hal ini
bisa orangtua atau guru yang fungsinya sebagai pengganti orang tua, membimbing
anak yang belum dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup mandiri, agar anak
dapat menjadi dirinya sendiri.
Pendidikan
dalam arti luar
Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan pengertian pendidikan
bahwa, “Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam
maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”.
Dalam Undang-undang RI nomor 2 tahun 1989 tentang system
pendidikan nasional, disebutkan bawa pendidikan adalah sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajar, dan latihan bagi peranan
dimasa yang akan dating. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia
dalam rangka upaya mempunyai tujuan nasional. Dalam Undang-undang RI No.20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dekatkan bahwa : Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatanspiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Dalam pengertian-pengertian pendidikan diatas (dalam arti
luas) ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan:
Pertama, bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Kedua,
bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia:
tanggung jawab orang tua, tanggung jawab masyarakat, dan tanggung jawab
pemerintah. Ketiga, bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena
dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang
berkembang.
Bagi orang dewasa ilmu pendidikan yang mengkajinya
disebut “andradogi”, yang berasal dari bahasa Yunani “andr” dan “agogos”. Dalam
bahasa Yunani “andr” berarti orang dewasa dan “agogos” berarti memimpin atau
membimbing.
Andragogi adalah suatu model proses pembelajaran peserta
didik (warga belajar) dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi
pelibatan orang dewasa dalam kegiatan belajar. Proses pembelajaran dapat
terjadi dengan baik apabila metode da teknik pembelajaran melibatkan warga
belajar. Keterlibatan diri warga belajar adalah kunci keberhasilan pendidikan
orang dewasa. Untuk itu sumber belajar hendaknya mampu membantu warga belajar
untuk:
·
Mengidentifikasikan
kebutuhan
·
Merumuskan tujuan
belajar
·
Ikut serta memikul
tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman belajar, dan
·
Ikut serta dalam
mengevaluasi kegiatan belajar
Mendidik, mengajar, dan
melatih
Pendidikan
pada hakekatnya mengandung tiga unsur, yaitu mendidik, mengajar, dan melatih.
Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Secara sepintas bagi
orang awam mungkin akan dianggap arti yang sama. Dalam praktek
sehari-hari dilapangan, kita sering mendengar kata-kata seperti: pendidikan
olahraga, pengajaran olahraga, latihan olahraga, pendidikan kemiliteran,
pengajaran kemiliteran, latihan kemiliteran, dsb.
Mengajar
berarti memberi
pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan
berfikirnya. Disebut juga pendidikan intelektual. Intelek anak adalah kemampuan
anak berpikir dalam berbagai bidang kehidupan. Jelas bahwa pengajaran atau
pendidikan intelektual merupakan bagian dari seluruh proses pendidikan, atau
pengajaran mempunyai arti sempit dari pendidikan.
Tujuan dari tiga kegiatan itu juga berbeda. Mendidik
ingin mencapai kepribadian yang terpadu, yang terintegrasi, yang sering
dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa. Para ahli ilmu mendidik
telah bersepakat, bahwa tujuan mendidik ialah untuk mencapai kedewasaan. Tetapi
apa arti kedewasaan itu, dan lebih umum
lagi, apa tujuannya pendidikan itu dalam arti yang sebenarnya, memerlukan yang khusus (dibahas dalam
tujuan pendidikan), karena masalah tidak semudah seperti kita duga.
Tujuan
pengajaran yang menggarap kehidupan intelek anak ialah supaya anak kelak
sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berfikir seperti yang diharapkan dari
orang dewasa secara ideal, yaitu diantaranya mampu berfikir abstrak logis,
obyaektif, kritis, sistematis analitis, sintesis, integrative, dan inovatif.
Apa arti hal-hal itu sebenarnya, akan dapat kita temukan dalam bab mengenai
pendidikan sekolah.
Tujuan
latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan
adalah suatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah
kehidupan sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar, seperti kemampuan
berfikir akan membantu proses pendidikan, yang menyangkut pembangunana seluruh
kepribadian seseorang.
Pendidikan
dalam ilmu mendidik, hanya kita batasi pada pengaruh yang dengan sengaja
diusahakan oleh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa, sedangkan
pengaruh itu harus bersifat positif dan konstruktif. Sebagai kesimpulan dapat
dipertegas apa arti mendidik itu. Mendidik ialah membimbing anak yang belum
dewasa supaya anak mencapai kedewasaannya. Bimbingan itu dilaksanakan oleh
orang yang lebih dewasa.
Pentingnya Pendidikan
Pengantar
Pendidikan
merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir
dalam keadaan tidak berdaya, dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat
memelihara dirinya sendiri. Manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan
bantuan orang tuanya. Karena itu pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa
mutlak diperlukan manusia.
Manusia memerlukan
bantuan
Jika
kita bandingkan anak manusia dengan anak hewan, misalnya anak ayam, kita
perhatikan hal-hal sebagai berikut. Anak manusia yang baru lahir sebagai bayi,
sangat memerlukan bantuan dari ibunya. Jika ia lapar, ia menangis, datanglah
ibu untuk menolongnya, dengan memberinya air susu ibu dengan cara menetek. Bayi
dapat pula menangis bila popoknya telah diganti dengan yang kering, anak akan
diam dan tidur. Dapat dikatakan bahwa prilaku sang ibu tersebut dikatakaan
sebagi insting yang memang sudah ada didalam diri sang ibu.
Apakah
itu insting? Insting ialah suatu kemampuan psiko-fisis (jasmani rohani) yang
diturunkan atau yang merupakan pembawaan. Kemampuan itu menentukan pemiliknya
untuk mengamati dan memperhatikan obyek-obyek dari jenis tertentu, untuk
menghayati suatu keterangan emosional yang mempunyai kwalitas khusus waktu
mengamati objek yang demikian, dan berprilaku terhadap obyak itu dengan cara
yang khusus, atau paling sedikit, menghayati suatu dorongan untuk berprilaku
yang demikian.
Manusia
tidak dapat seluruh hidupnya bergantung kepada instingnya semata, banyak
segi-segi kehidupannya yang perlu diperjuangkan dan dikuasai dengan belajar dan
usaha; mengobati penyakit, membuat jembatan, membuat mesin-mesin dan pabrik
yang memproduksi keperluan manusia sehari-hari, alat-alat transportasi,
telekomunikasi, mengatur masyarakat, memerintah, menjalankan peradilan,
memperbaiki hubungan antara manuasia, beribadat, berbuat kebaikan ,dsb. Untuk
mencapai semua itu memerlukan usaha dan menyiapakan generasi muda memiliki dan
mengembangkan ilmunya serta kecakapannya dengan usaha pendidikan. Seluruh
kemampuan dan benda-benda yang dihasilkan dengan keterampilan tangan manusia
dapat disebut kebudayaan. Dari segi tinjauan ini kebudayaan dapat diartikan
sebagi suatu yang oleh generasi muda harus dipelajari.
Pendidikan
berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik sebagai individu,
maupun sebagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Sejak lahir anak sebagai
individu diasuh dan dididik oleh orang tuanya. Ia belajar dari ibunya bagaimana
mengembangkan kemampuannya; keterampilan makan yang tertib, dapat buang air
kecil dan besar secara teratur tidak sembrangan tempat dan pada sembarang
waktu, mengurus dirinya dengan mandi pada waktu-waktu tertentu, berganti
pakaian bersih, mengatur alat-alat permainannya tidak berserakan dimana-mana,
belajar membantu orang tua dalam mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga,
belajar bagaimana bergaul dengan baik dengan saudara-saudaranya.
Dari
uraian diatas jelas, bahwa masyarakat sebagai kolektifitas mengalami
pendidikan. Jika kelompok-kelompok itu tidak dididik, masyarakat akan
mengalami perkembangan yang terhamba, tidak dapat maju, dan akan tinggal
sebagai masyarakat yang feudal tradisional, kurang menunjukan produktivitas
dalam kehidupan, yang akhirnya menujukan pendapatan perkapita uang tidak
tinggi, yaitu masih di bawah batas pendapatan yang layak atau masih kurang
dalam klasifikasi kehidupan masyarakat miskin.
Pendidikan
dalam praktek
Pendidikan dalam pelaksanaannya berbentuk pergaulan
antara pendidik dan peserta didik, namun tentu suatu pergaulan yang tertuju
kepada tujuan pendidikan, yaitu manusia mandiri, memahami nilai, norma-norma
asusila dan sekaligus mampu berprilaku sesuai dengan nilai-nilai norma-norma
tersebut. Diatas telah dikatakan, bahwa pendidik
adalah orang dewasa sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Anak didik
adalah anak manusia yang belum mencapai kedewasaannya. Pendidikan fungsinya
membimbing anak didik, dan bimbingan itu akan mempengaruhhi anak didik kearah
yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan, yaitu untuk mencapai kedewasaan.
Mengapa anak itu dapat dipengaruhi? Karena anak itu juga manusia seperti
pendidik, dapat mempengaruhi dan dapat dipengaruhi. Proses mempengaruhi adalah
proses psiko-sosial yang berlangsung
antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena manusia adalah
mahluk social.
Jelas
bahwa menurut Jan Ligthart pendidikan itu didasari oleh kasih saying yang
merupakan sumber bagi dua syarat yang lain, yaitu kesabaran dan kebijaksanaan.
Sikap kesabaran sangat diperlukan untuk menghadapi anak, karena sikap tidak
sabar atau lekas marah tidak akan mengairahkan kejiwaan anak. Lagi pula hasil
pendidikan kita tidak dapat dengan segera kita saksikan dalam satu dua tahun.
Hasil pendidikan, baru dapat kita nilai bila anak telah mencapai kedewasaan.
Tidak seperti kita mananam jagung, yang hasilnya dapat dipetik setelah tiga
sampai empat bulan.
Dalam
proses pendidikan untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat upaya apa yang
disebut “upaya pendidikan”, yaitu usaha-usaha tertentu terhadap generasi muda.
Dengan demikian terjadilah di dalam masyarakat suatu perubahan kebudayaan
(cultural change). Dengan pendidikan atau dengan proses perkembangan
masyarakat, kita akan menemukan suatu perubahan dalam cara dam kwalitas
kehidupan. Tidak ada manusia yang bersifat statis, yang tidak mengalami
perubahan. Pada masyarakat yang satu yang mengalami perubahan yang cepat,
sedangkan pada masyarakat lain lambat mengalami kemajuan. Yang terakhir ini
biasanya terjadi dalam masyarakat yang sifatnya agraris (tradisional) yang
hidupnya sebagian besar dari usaha pertanian dengan cara-cara tradisional.
Ilmu
Pendidikan Sebagai Teori
Seorang ibu guru mengajar pelajaran biologi di sekolah
dasar dengan metode ceramah dan demonstrasi. Ibu guru tersebut tidak sekedar mengajar
dalam kelas, dalam arti setelah belajar dengan langkah cepat bergegas ia
meninggalkan kelas, namun ia dengan tekun suka memperhatikan anak didiknya
selama diluar kelas. Ia selalu berusaha membantu anak didiknya dalam memecahkan
masalah.
Hal diatas merupakan suatu rakter pendidikan yang disaat
kita amati dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaannya, apakah yang dilakukan
sang ibu, dan ayah, serta ibu guru tersebut dapat dilakukan secara ilmiah,
dalam arti tanpa disadari tanpa dilandasi konsep bagaimana sebaiknya mendidik
anak dirumah atau mendidik dan mengajar murid disekolah. Upaya pendidikan bukan
suatu tindakan yang dapat dilakukan dengan serampangan, namun harus
direncanakan. Dalam keluarga perencanaan mendidik anak sebetulnya sudah
dilakukan sebelum pernikahan, karena sebagai konsekuensi pranikah akan
menghasilkan keturunan (anak).
Pentingnya
Teori Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang hanya dapat
dilakukan oleh manusia, memiliki lapangan yang sangat luas. Ruang lingkup
lapangan pendidikan mencakup semua pengalaman dan pemikiran manusia tentang
pendidikan.
Antara teori dan praktek pendidikan merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan memiliki hubungan komplementer (saling melengkapi),
saling mengisi satu sama lain. Dalam prakteknya, memang ada orang tidak
mengetahui atau mempelajari suatu teori pendidikan. Namun, ia berhasil
membimbing anak-anaknya. Sebaliknya juga terjadi, seorang ahli teori pendidikan
(ahli pedagogik, ahli filsafat pendidikan, ahli psikologi pendidikan,dsb) belum
dapat dijamin bahwa ia akan menjadi pendidik yang baik, belum dapat dijamin ia
akan berhasil mendidik anaknya sendiri.
Teori pendidikan (dalam hal ini pedagogik), perlu
dipelajari secara akademik (secara ilmiah di Perguruan Tinggi), khususnya di
Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan (LPTK) yang mempersiapkan lulusan untuk
menjadi pendidik baik disekolah maupun diluar sekolah. Sebab kalau tidak
dibekali teori pendidikan, jangan sampai terjerumus seperti yang dikemukakan
oleh Gurnning tadi, di mana perbuatan pendidik (guru) tersebut seperti
perbuatan orang yang tidak waras suatu perbuatan yang tidak direncanakan, tidak
tentu arah dan tujuannya.
Ilmu pendidikan harus dipelajari, karena yang akan
dihadapi adalah manusia, menyangkut nasib kehidupan dan hidup manusia, akan
menyangkut harkat martabat derajat manusia serta hak asasinya. Perbuatan
mendidik bukan perbuatan yang sembrono, melainkan suatu perbuatan yang harus
betul-betul disadarinya, dalam rangka membimbing anak kepada suatu tujuan yang
dituju.
Ilmu pendidikan sebagi teori perlu kita pelajari karena
praktek mendidik tanpa disadari oleh teori tentang pendidikan, akan membawa
kita kepada kemungkinan berbuat kesalahan. Ilmu pendidikan termasuk salah satu
cabang ilmu pengetahuan yang sifatnya praktis. Mengapa demikian? Karena ilmu
pendidikan mempelajari dasar-dasar, prinsip-prinsip serta tujuan tentang
kegiatan mendidik. Kata “praktis” dalam hubungan ini, tidak diartikan sebagai
lawan teoritis, seperti dalam ucapan “cara kerja anda kurang praktis”, melainkan
ilmu sebagai teori atau konsep tentang perbutan mendidik pada manusia. Kata
“praktis” berasal dari kata Yunani “prattein” yang berarti “berbuat”.setiap
ilmu pada dasarnya adalah teori yang tidak ditujukan kepadda perbuatan manusia
seperti biologi, kimia, fisika, matematika, dsb. Perbuatan mendidik bukanlah
perbuatan sembarangan, karena menyangkut kehidupan dan nasib anak manusia untuk
kehidupan selanjutnya, yaitu manusia sebagai makhluk yang bermartabat dengan
hak-hak azasinya. Itulah, sebabnya melaksanakan pendidikan merupakan tugas
moril yang tidak ringan. Ini berarti, bahwa membuat kesalahan dalam mendidik
anak, walaupun tidak sengaja, dan walaupun kecil, tidak dapat kita anggap
enteng. Itikad baik pendidik dalam menunaikan tugasnya selalu berusaha untuk
mengurangi kesalahan-kesalahan atau membatasi kesalahan-kesalahan seminimal
mungkin.
Orangtua sering membuat kesalahan dalam melaksanakan
pendidikan di lingkungan keluarga. Mereka lebih banyak memberi nasihat yang
dogmatis-otoriter secara sepihak, dan tidak memberi kesempatan kepada anak
untuk secara terbuka mengemukakan pendapatnya, tidak pernah terjadi diskusi
antara orangtua dengan anaknya dalam satu kelaurga. Dalam hal ini ayah dan ibu
membuat kesalahan dalam teknik mendidik.
Bentuk kesalahan yang kedua, adalah yang bersumber pada
kebribadian pendidik sendiri. Kesalahan ini tidak mudah dibetulkan, karena
mengoreksi struktur kepribadian seseorang tidaklah mudah, dan untuk memperbaiki
kepribadiannya dan prilakunya pertama-tama memerlukan kesediaan dan kerelaan
yang bersangkutanserta memakan waktu yang lama. Seorang ayah dan ibu sebagai
pendidik, sebaiknya tidak diperkenankan mempunyai sifat yang agresif, mengalami
frustasi penuh kecemasan, egoistis (selalu mementingkan diri sendiri), ataupun
bersikap deprosif (murung). Sifat-sifat tersebut sangat erat hubungannya dengan
masa lampau mereka waktu kecilnya, yaitu waktu mereka sendiri masih jadi anak
menghadapi sikap dan suasana kehidupan keluarga orangtuanya.
Dalam kesalahan mendidik menurut jenis ketiga ialah
kesalahan konseptual, yaitu dalam menjalankan proses pendidikan, pendidik
kurang menyadari, bahwa kesalahan dapat mempunyai akibat yang mendalam pada
anak didik.
Pendidikan
dalam Ruang Lingkup Mikro dan Makro
Pendidikan dalam ruang lingkup mikro artinya mengkaji
pendidikan yang dilaksanakan dalam skala kecil, dan pendidikan dalam ruang
lingkup makro, kita mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala besar.
Seperti telah dikemukakan di muka bahwa lapangan pendidikan merupakan wilayah
yang sangat luas menyangkut pengalaman dan pemikiran manusia dalam pendidikan.
Pernyataan tersebut melihat pendidikan merupakan kegiatan manusia yang sangat
luas, jadi ini dilihat dari lingkup makro. Pendidikan yang dilakukan secara
nasional dengan segala perangkat aturanya sepeti Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan mencakup pendidikan sekolah dan luar sekolah,
berlangsung seumur hidup, hal tersebut melakukan tinjauan pendidikan secara
makro (besar).
1 komentar:
baik tp sumbernya ngk ada
Posting Komentar