Semester tiga yang lalu angkatan kami mendapatkan tugas membuat puisi. Puisi dengan tema dan jenis apa saja, bebas. Ini salah satu puisi yang aku buat. Agak malu ngepost disini, tapi tebel muka ajalah.. :D
Bangun
Setelah Seribu Tahun
karya: Nurminda Andini
Aku rindu rintik hujan yang;
menempel di jendela kaca kamarku
Aku rindu berlari menangkap angin
Dengan kibaran layang-layang yang
berlomba
Menyentuh langit biru
Namun bumiku terus menggema
Bergemuruh karena satu demi satu
Melebur bersama debu
Namun sanak ku terus menghilang
Secepat luncuran meriam yang;
Menghantam dinding kami
Namun pekik kami tak pernah memiliki
akhir!
Biarkan
kami hidup! Bebaskan bumi kami!
Cukup!
Aku ingin mencukupi semua titik pilu
Menggantinya dengan dinding pelangi
Mengisi lembah hingga langit tak
berujung dengan mimpi
Dan terlelap seribu tahun hingga
supremasi putih selamanya berakhir
Lalu aku dapat melangkah di jalan
milik kita, milik kami
Bersama di bawah langit jingga,
tertawa tanpa ada pedih yang terasa..
Bukankah bahagia adalah kelapangan
mengakui?
Bukankah derita adalah ketinggian
menerima kehinaan diri?
Bukankah kalian sadar dimanakah kalian
berada?
Hei, orang-orang yang menghitamkan
kebenaran
Aku hidup dengan memeluk janji
Tuhan-ku
Hari ini, esok, dan seterusnya
Walaupun ku terbangun dalam mimpi
buruk yang sama...
Walau seribu tahun berlalu, janji
Tuhan-ku takkan pernah berbeda...
0 komentar:
Posting Komentar